Artikel Kelompok 5 (Wijikan dalam Upacara Mecah Tigan)
Kearifan lokal sering kali hadir dalam bentuk tradisi yang sarat makna, salah satunya adalah Wijikan dalam upacara Mecah Tigan. Tradisi ini masih dijalankan dalam pernikahan adat Jawa, termasuk di daerah Lamongan, Jawa Timur. Saya baru-baru ini menyaksikan sendiri upacara ini, dan pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang mendalam tentang pentingnya menjaga warisan budaya.
Wijikan adalah prosesi di mana pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria setelah telur dipecahkan dalam upacara Mecah Tigan. Telur yang dipecahkan melambangkan harapan akan kesuburan, sementara mencuci kaki suami melambangkan kesetiaan dan pengabdian pengantin wanita dalam memulai kehidupan baru. Pengantin wanita dengan penuh kasih membasuh kaki suaminya, menunjukkan simbol kerendahan hati dan kemitraan dalam rumah tangga.
Melihat prosesi ini secara langsung, saya menyadari betapa pentingnya nilai-nilai seperti saling menghargai dan melayani dalam pernikahan. Tradisi ini mengajarkan bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan romantis, tetapi juga tentang pengorbanan dan kerjasama. Meskipun sederhana, maknanya sangat dalam.
Di tengah perkembangan zaman, tradisi seperti Wijikan tetap bertahan sebagai pengingat bahwa nilai-nilai leluhur masih relevan. Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga mencerminkan hubungan yang saling mendukung dan menghargai, yang menjadi fondasi rumah tangga yang kuat.
Dalam dunia yang serba cepat dan modern ini, mempertahankan kearifan lokal seperti Wijikan adalah cara untuk terus menjaga jati diri dan menghargai nilai-nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Tradisi ini mengingatkan kita bahwa, di balik segala kemajuan, ada hal-hal sederhana yang tetap berharga dan perlu dilestarikan.
Komentar
Posting Komentar